BAB
3
Peta
Perekonomian Indonesia
1. Keadaan
Geografis Indonesia
Kenyataan
pertama yang harus diakui adalah bahwa Indonesia merupakan negara
kepulauan, dengan luas keseluruhan lebih kurang 195.000.000 sampai dengan
200.000.000 juta Ha. keadaan demikian dapat menjadi suatu kekuatan dan
kesempatan bagi perkembangan perekonomian kita, dan sebaliknya dapat menjadi
kelemahan bagi perekonomian kita.
Letak
astronomis Indonesia Terletak di antara 6oLU – 11oLS dan 95oBT – 141oBT
Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh garis equator, yaitu
garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua bagian sama
besarnya. Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang
0o.
Banyaknya pulau
akan menjadi kekuatan dan kesempatan, jika pulau-pulau yang sebagian besar
merupakan kepulauan yang subur dan kaya akan hasil-hasil bumi dan tambang,
dapat diolah dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat banyak. Dengan
kemampuan menggali dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia akan
banyak memiliki pilihan produk yang dapat dikembangnya sebagai komoditi
perdagangan, baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar Internasional. Dan
dengan keindahan dan keanekaragaman budaya kepulaun tersebut dapat menjadi
sumber penerimaan negara andalan melalui industri pariwisata.
Namun kenyataan
itu juga dapat menjadi kelemahan dan ancaman bagi perekonomian Indonesia, jika
sumber daya yang ada di setiap pulau hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat
saja. Demikian pula juga jika masih banyak pihak luar yang secara ilegal
mengambil kekayaan alam Indonesia di berbagai kepulauan, yang secara geografis
memang sulit untuk dilakukan pengawasan seperti biasa. Dengan demikian dituntut
koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengamankan kepulauan Indonesia
tersebut dari pihak-pihak yang tidak berhak mendapatkannya. Dipihak lain,
banyak dan luasnya pulau menuntut suatu bentuk perencanaan dan strategi
pembangunan yang cocok dengan keadaan geografis Indonesia tersebut. Strategi
berwawasan ruang yang diterapkan pemerintah tampaknya sudah cukup tepat untuk
mengatasi ini.
Kenyataan
kedua adalah, bahwa Indonesia hanya mengenal dua musim. Dengan kondisi
iklim yang demikian itu menyebabkan beberapa produk hasil bumi dan
indusri menjadi sangat spesifik sifatnya. Dengan demikian diperlukan usaha
untuk memanfaatkan keunikan produk Indonesia tersebut untuk memenangkan
persaingan di pasar lokal maupun dunia.
Kenyataan
ketiga adalah, negara Indonesia kaya akan bahan tambang, dan seperti
setelah sejarah buktikan, salah satu jenis tambang kita, yakni minyak bumi
pernah menjadikan negara Indonesia memperoleh dana pembangunan yang sangat
besar, sehingga pada saat itu target pertumbuhan ekonomi kita 'berani'
ditetapkan sebesar 7,5% (masa Repelita II ). Meskipun saat ini minyak bumi
tidak lagi menjadi primadona dan andalan komoditi ekspor Indonesia, namun
Indonesia masih banyak memiliki hasil tambang yang dapat menggantikan peran
minyak bumi sebagai salah satu sumber devisa negara.
Kenyataan
keempat adalah, bahwa wilayah Indonesia menempati posisis yang sangat
strategis, terletak diantara dua benua dan benua samudra dengan segala
perkembangannya. Sejak sebelum kemerdekaan -pun Indonesia telah menjadi tempat
singgah dan transaksi antar kedua benua dan benua-benua lainnya. Dengan letak
yang sangat strategis tersebut kita harus dapat memanfaatkannya, sedemikian
rupa sehingga lalu lintas ekonomi yang terjadi, akan singgah dan membawa dampak
positif bagi kebaikan perekonomian Indonesia. Yang perlu dilakukan tentunya
mempersiapkan segala sesuatu, seperti sarana telekomunikasi, perdagangan,
pelabuhan laut, udara serta infrastruktur lainnya.
2. Mata Pencaharian
Dari keseluruhan wilayah yang dimiliki Indonesia, dapat ditarik beberapa hal diantaranya bahwa:
1) Mata pencaharian penduduk Indonesiasebagian besar masih berada disektor pertanian (agraris), yang tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian seperti pertanaian, perikanan, peternakan dan sejenisnya.
2) Kontribusi sektor pertanian terhadap GDP (Gross Domestic Product) secara absolut masih dominan, namun jika dibandingkan dengan sektor-sektor di luar pertanian menampakkan adanya penurunan dalam prosentase.
Yang perlu diwaspadai dalam sektor pertanian ini adalah, bahwa komoditi yang dihasilkan dari sektor ini relatif tidak memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga tidak dapat bersaing dengan komoditi yang dihasilkan sektor lain (misalnya industri), sehingga sebagian masyarakat Indonesia yang memang bermata poencaharian di sektor pertanaian (desa) semakin tertinggal rekannya yang bekerja dan memiliki akses disektor industri (kota). Jika ini tidak segera ditindak lanjuti, maka akan menjadi benar Teori Ketergantungan, bahwa Spread Effect (kekuatan menyebar) akan selalu lebih kecil dari back- wash effect (mengalirnya sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya)
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini diantaranya adalah :
a) Memperbaiki kehidupan penduduk/petani dengan pola pembinaan dan pembangunan sarana dan prasarananya dalam bidang pertanian.
b) Meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian, jika dimungkinkan tidak hanya untuk pasar likal saja.
c) Mencoba mengembangkan kegiatan agrobisnis.
d) Menunjang kegiatan Transmigrasi.
3. Sumber Daya Manusia
Jika
tengok sejarah mengenai pertumbuhan penduduk di Indonesia sebelum Orde Baru,
pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup tinggi lebih kurang 2,8%. Dan
setelah pemerintahan Orde baru menyadari bahwa pertumbuhan tersebut harus
dikurangi, maka mulai Repelita I sampai dengan Repelita IV, pertumbuhan
penduduk kita hanya berkisar antara 2,1% sampai dengan 2,3% dan 1,9%
diperkirakan untuk Repelita selanjutnya.
Sebagai salah satu
Negara yang masih berkembang, Indonesia memang menghadapi masalah sumber daya
manusia diantaranya:
a) Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.
b) Penyebaran
yang kurang merata.
c) Kurang
seimbangnya struktur dan komposisi umur penduduk, yang ditanmdai dengan
besarnya jumlah penduduk yang berusia muda serta mutu penduduk yang masih
relatif rendah.
Pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan menimbulkan banyak masalah bagi negara, jika tidak
diikuti dengan peningkatan produksi, dan efisiensi di bidang lainnya. Banyak
penduduk akan menambah sumber daya produktif terhadap sumber daya manusia yang
belum produktif (anak-anak, manula, pengganguran), yang akibat lanjutnya akan
menciptakan masalah-masalah sosial yang cukup rumit. Adapun tindakan-tindakan
yang dapat dan telah dilakukan pemerintah adalah:
1)
Melaksanakan program keluarga
berencana. Dengan program ini diharapkan laju pertumbuhan akan lebih dapat
dikendalikan. Dengan program ini pula pemerintah ingin menjelaskan dan membuka
kesadaran bahwa 'banyak anak'akan memberi konsekuensi ekonomis yang lebih
berat. Secara tidak langsung program keluarga berencana ini ingin
memprioritaskan segi kualitas anak, dibanding segi kuantitas.
2)
Meningkatkan mutu sumber daya manusia
(dengan pendididikan formal maupun informal) yang telah ada, sehingga dapat
menunjang peningkatan produktifitas guna mengimbangi laju pertumbuhan
penduduknya.
3)
Penyebaran penduduk yang tidak merata
menyebabkan tidak seimabngnya kekuatan ekonomi secara umum. Akibat lanjutnya
adalah terjadinya ketimpangan daerah miskin dan daerah kaya. Daerah yang tampak
menguntungkan (khusus Pulau Jawa) akan menjadi serbuan dan perpindahan penduduk
dari daerah lainnya. Akibatnya daerah di luar pulau jawa yang memang telah
ketinggalan dari segiekonomi, menjadi semakin tertinggal.
4)
Tidak seimbangnya beban penduduk antar
daerah itu akan berdampak terpusatnya modal di daerah tertentu saja. Dampak
lainnya adalah mengumpulnya tenaga kerja di Pulau Jawa sehingga persaingan
tenaga kerja(penawaran) sangat tinggi. Dengan kondisi tersebut bisa
dilihatbahwa upah tenaga kerja akan menjadi rendah (sesuai dengan hukum
penawaran).
Rendahnya
tingkat upah akan berakibat timbulnya kesengsaraan dan pengganguran, dan tentu
saja masalah kriminalitas akan semakin menggejala. Sebaliknya di luar Pulau
Jawa akan terjadi kekurangan tenaga kerja sehingga upah akan tinggi. Hal inilah
yang menyebabkan biaya produksi di luar Pulau Jawa sangat tinggi, begiti pula
dengan biaya transportasi. Maka secara tidak langsung kondisi ini akan
menyebabkan tururnya pertumbuhan Industri dan secara otomatis akan menghambat
pertumbuhan ekonomi secara nasional. Tindakan yang dapat dan telah dilakukan
pemerintah adalah:
1)
Penyelenggaraan program transmigrasi,
sehingga akan jadi pemerataan sumber daya kedaerah-daerah yang masih
membeutuhkan. Dengan program ini diharapkan para peserta transmigran dapat
meninggalkan ketidakproduktifan mereka, justru mereka mempunyai kesempatan
memperbaiki ekonomi mereka dengan mengembangkan daerah baru yang mereka
tempati. Suatu pekerjaan yang tidak mudah, namun juga suatu hal yang tidak
mustahil untuk berhasil.
2)
Memperbaiki dan menciptakan
lapangan-lapangan pekerjaan baru di daerah-daerah tertinggal. Sehingga penduduk
sekitar tidak perlu ke kota atau Pulau jawa untuk bisa bekerja. Dengan demikian
arus urbanisasi dari desa ke kota, dari luar pulau Jawa dapat dikurangi. Di
dalam GBHN sendiri perluasan dan pemerataan lapangan pekerjaan serta mutu dan
perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya
menyeluruh di semua sektor. Perogram-program pembangunan sektoral atau regional
perlu selalu mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak
mungkin, sehingga dapat meningkatkan produksi.
3)
Komposisi penduduk yang tidak seimbang
dapat menimbulkan proses regenerasi kegiatan produksi menjadi tidak lancar.
Akibantnya ada masa tunggu yang semestinya tidak perlu terjadi, karena
kebutuhan hidup 'tidak bisa' menerima istilah tunggu. Dengan demikian perlu
dilakukan tindakan secepatnya untuk membekali dan mempersiapkan tenaga-tenaga
kerja muda di Indonesia dengan pendidikan formal maupun informal, dengan
ketrampilan dan pengetahuan yang tidak mendesak.
Langkah-langkah
yang akan dan telah ditempuh pemerintah untuk mengatasi hal ini adalah;
1) Meninjau kembali sistem pendidikan di
Indonesia yang masih bersifat umum, untuk dapat lebih disesuaikan dengan disiplin
ilmu khusus yang lebih sesuai dengan tuntutan pembangunan. Sehingga lulusan
yang dihasilkan yang siap kerja dan bukannya'siap latih kembali.
2) Menciptakan sarana dan prasarana
pendidikan yang lebih mendukung, Adapun sasaran kebijaksanaan tenaga kerja di
Indonesia meliputi hal-hal;
a. Memperluas
lapangan pekerjaan untuk dapat menyerap pertambahan angkatan kerja baru dan
mengurangi tingkat pengangguran.
b. Membina
angkatan kerja baru yang memasuki pasar melalui latihan ketrampilan untuk
berusaha sendiri maupun mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia.
c. Membina
dan melindungi para pekerja melalui mekanisme hubungan kerja yang di jiwai oleh
Pancasila dan UUD 1945 (Hubungan Industrial Pancasila), memperbaiki
kondisi-kondisi dan lingkungan kerja agar sehat dan aman serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja.
d. Meningkatkan
peran pasar kerja, agar penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja
dapat menunjang kegiatan pembangunan.
e. Memperlambat
laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan mutu tenaga kerja melalui usaha
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai bagian dari perencanaan
tenaga kerja terpadu.
4. Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian
yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi.
Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang,
investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Definisi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai penanaman
uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh keuntungan.
Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan di masa
datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.
Investasi
juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi
masa depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas
waktu dan risiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.
Seseorang
tentunya harus memikirkan masa depan dimana pada saat kebutuhan hidup terus
meningkat, kebutuhan yang dimaksud dapat berupa pendidikan, sarana
transportasi, kesehatan, tempat tinggal, kebutuhan untuk rekreasi, ibadah,
hingga kebutuhan untuk masa tidak produktif. Dengan berlatar belakang hal
tersebut maka seseorang menyisihkan sebagian dari pendapatannya di masa
produktif dan meng-investasikannya untuk masa dimana sudah kurang
produktif.
Ada
banyak pilihan dalam berinvestasi, diantaranya yaitu membuka deposito,
menabung, membeli tanah dan bangunan, obligasi, membeli emas, saham, dan
lain-lain.
Secara
umum bentuk aset yang di Investasikan terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Riil
Investment : Yaitu menginvestasikan
sejumlah dan tertentu pada aset berwujud, seperti halnya tanah, emas, bangunan,
emas, dan lain-lain.
2)
Financial Investment : Yaitu
menginvestasikan sejumlah dana tertentu pada aset finansial, seperti halnya
deposito, saham, obligasi, dan lain-lain. Dalam hal ini surat berharga yang diperdagangkan
atau yang sering disebut dengan efek adalah berupa saham.
Menurut Undang-Undang
No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, definisi dari bursa efek adalah pihak
yang menyelenggarakan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantaranya. Di Indonesia, perdagangan saham
dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Tidak semua perusahaan dapat langsung
mengeluarkan suatu efek (saham), oleh sebab itu perusahaan yang ingin
menerbitkan efek harus memenuhi kriteria ataupun peraturan-peraturan yang ada
sebelum menerbitkan suatu efek.
Faktor-Faktor Penentu
Investasi
Bagi
seorang investor yang hendak melakukan suatu investasi, harus melakukan suatu
analisis terlebih dahulu dalam menentukan keputusan investasinya. Untuk
melakukan suatu analisis investasi, setidaknya ada tiga faktor yang harus
dianalisis, yaitu:
1)
Analisis kondisi makroekonomi
2)
Analisis pada jenis industri
3)
Analisis fundamental suatu perusahaan
Tahap
pertama yang dilakukan oleh seorang investor dalam berinvestasi adalah
melakukan analisis terhadap variabel-variabel makro, tahap analisis ini
dilakukan untuk menganalisis kondisi perekonomian suatu negara secara makro
dalam proses suatu investasi. Variabel-variabel ekonomi makro yang dianalisis
diantaranya adalah tingkat inflasi, transaksi berjalan, kurs/exchange rate
(nilai tukar suatu mata uang negara terhadap mata uang negara lain), suku bunga
SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan lain-lain.
Pada
tahap kedua, dilakukan analisis pada berbagai jenis industri. Pada tahapan ini,
kita memilih jenis industri yang paling memberikan prospek keuntungan jika
dilakukan invstasi. Sektor mana yang akan dijadikan suatu investasi dapat
dilihat dari pergerakan dalam indeks sektoral industri pada suatu pasar modal.
Sektor yang mempunyai indeks yang bagus untuk investasi jangka panjang tentunya
akan dipilihPada tahap analisis ketiga, dilakukan analisis fundamental pada
perusahaan, dengan menggunakan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan.
Dalam
rasio-rasio keuangan, terbagi lagi menjadi lima rasio, yaitu :
1)
Rasio Likuiditas, menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek yang jatuh tempo.
2)
Rasio Aktifitas, menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aktifa yang dimiliki atau perputaran (turnover) aktifa-aktifa
suatu perusahaan.
3)
Rasio Hutang, berfungsi untuk menunjukkan kemampun perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
4)
Rasio Profitabilitas, menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan.
5)
Rasio Pasar, menggambarkan bagaimana pasar menghargai saham suatu
perusahaan.
Untuk
memperoleh suatu pertumbuhan yang tinggi dalam proses pembangunan di Indonesia,
terkumpulnya modal dan sumber daya sebagai investasi, menduduki peran yang
sangat penting. Bagaimana kita dapat melakukan pembangunan jika dana yang
diperlukan untuk itu tidak tersedia atau mencukupi ?.
Dalam
kondisi tertentu masih sulit untuk mengharapkan dana investasi dari masyarakat.
Untuk itulah pemerintah memerlukan dana yang besar dari selisih penerimaan dan
pengeluaran atau biaya rutin pemerintah. Namun sayangnya pemerintah tidak dapat
terus-menerus mengandalkan tabungan pemerintah tersebut. Perlu dilakukan
upaya-upaya tambahan guna membantu memenuhi kebutuhan dana investasi pembangunan.
Upaya-upaya tersebut adalah:
1) Lebih mengembangkan ekspor komoditi
non-migas, sehingga secara absolut dapat meningkatkan penerimaan pemerintah
dari sektor luar negeri. Untuk menunjang langkah ini perlu diusahakan
peningkatan nilai tambah dan kemampuan bersaing dari komoditi-komoditi yang
akan diekspor tersebut.
2)
Mengusahakan adanya pinjaman luar negeri
yang memiliki syarat lunak, serta menggunakannya untuk kegiatan investasi yang
menganut prinsip prioritas.
3) Menciptakan iklim investasi yang menarik
dan aman bagi para penanaman modal asing, sehingga makin banyak PMA yang masuk
ke Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar